Cara memilih keris yang baik

Kriteria penilaian keris



Ditinjau dari mutu garap,Keris digolongkan menjadi dua ,yakni keris Gramen (keris dagangan atau keris yang dibuat bukan berdasarkan pesanan dan sekedar buat pelengkap busana ) dan Keris Yasan (keris yang dibuat oleh empu yang ternama dan berdasarkan pesanan seseorang ).
Keris Yasan dapat pula dibedakan menurut siapa pemesannya ;
1.Yasan Ndalem : Keris pesanan untuk Raja beserta keluarganya, para pejabat keraton dan untuk hadiah dari keraton kepada orang tertentu.
2.Yasan Biasa : Keris yang dipesan oleh orang-orang biasa di luar lingkungan keraton.


Dalam budaya perkerisan, menilai Keris ada beberapa kriteria yang dipertimbangkan,yaitu :
  1. Teknis-Material : Mutu pengerjaan teknis logam dan bahan bakunya.
  2. Estetis : Keindahannya
  3. Serasi : Kesesuaian antara keris dan pemiliknya, baik secara eksternal maupun internal; Eksternal adalah kesan menurut penilaian orang lain,sedangkan Internal adalah penilaian berdasarkan apa yang dirasakan pemiliknya.
  4. Historis : Asal usul kepemilikan atau peristiwa yang melatar belakanginya.
  5. Simbolis : Arti yang terkandung dalam bentuk fisik keris itu.
  6. Psikologis : Pengaruh kejiwaan yang ditimbulkan oleh keris itu bagi pemiliknya yang percaya dan dapat merasakannya.
  7. Spiritualis : Jenis tuah yang dibawa oleh keris tersebut bagi mereka yang percaya dan mampu merasakannya.

Kriteria Lahiriah dalam menilai Keris
Dalam buku KERIS JAWA antara Mistik dan Nalar yang ditulis oleh Almarhum Ir.Haryono Haryoguritno, telah dikembangkan  kriteria penilaian keris dalam akronim ;TUH-SI-RAP-PUH-MOR-JA-NGUN-NGGUH yang merupakan singkatan dari rangkaian kata ;Wutuh, Wesi, Garap, Sepuh, Pamor, Waja, Wangun, Tangguh,yang maksudnya sebagai berikut :
  • Wutuh (utuh) : Keutuhan bentuk dan kelengkapan bilah
  • Wesi (besi) : Mutu bahan besi
  • Garap : Mutu garapannya
  • Sepuh (tua/umur) : Tua umurnya
  • Pamor : Mutu bahan dan pola pamor
  • Waja (baja) : Mutu bahan baja
  • Wangun (bentuk) : Nilai keindahan dan keharmonisan bentuk bilah
  • Tangguh (asal pembuatan) :Perkiraan tentang zaman dan daerah asal pembuatannya

WUTUH
1. Keutuhan bentuk bilah. Banyak keris yang tergolong tua,misalnya dari zaman Mataram atau sebelumnya yang bentuknya masih utuh. Jika bukan karena mutu bahan dan perawatan yang baik,mungkin hasil pemugaran keris yang telah aus termakan usia atau aus karena proses pewarangannya. Pemugaran pada dasarnya hal yang masih bisa diterima,sepanjang dilakukan dalam kondisi keausan bilah maksimal 5% dan pengerjaannya dilakukan dengan disiplin teknis,maupaun estetis yang ketat dan etika yang memadai.
2.Kelengkapan asli setiap bagian bilah (Ricikan) keris. Keris dengan kembang kacang yang bentuknya meragukan perlu diteliti. Kembang kacang merupakan bagian keris yang lebih mudah patah dibandingkan dengan bagian yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh korosi, karena dalam proses mewarangi terdapat unsur asam. Untuk menghapus kesan patah, kadang diubah menjadi bentuk nguku bima ,bahkan bisa jadi ditempel sebuah kembang kacang baru . Hal itu bisa diditeliti dengan menggunakan kaca pembesar.

WESI
Bahan besi yang terbaik adalah besi yang belum pernah mengalami fase cair atau lebur,kecuali pada waktu pengolahan dari biji besi, sehingga kristal-kristalnya masih heterogen. Hal ini menghasilkan nuansa tekstur yang indah pada bilah keris.
Pada jaman dulu ,mutu besi hanya dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap kesan warna yang muncul dan suara hasil Thinthingan (ketukan seperti pada garpu tala).
Terminologi mengenai kesan warna mengacu pada sifat warna hewan,tumbuhan,atau benda tertentu,misalnya :
  1. Ngelar Gelatik : Seperti warna sayap burung Gelatik
  2. Nyamberliler : Seperti warna serangga Samberlilin
  3. Ngetir : Seperti warna Tir ( bitumen)
  4. Sulak biru : Berwarna kebiruan (seperti pisau silet)
Dari segi mutu pengolahan,bisa dilihat dari kesan visual hasil pengolahannya , yaitu :
  1. Nggulali : seperti gulali
  2. Madet : padat
  3. Nyerat : berserat
  4. Nelek lancung : seperti warna kotoran ayam
Pada penilaian besi jaman dahulu, disebutkan jenis-jenis besi :Karang Kijang, Pulasani, Mangangkang, Ambal ,dll.

GARAP
Garap termasuk faktor yang harus diperhatikan. Sebuah Keris mungkin saja dibuat dari bahan besi dan pamor yang prima, tetapi tidak menjadikan keris yang bernilai, karena hasil garapnya kurang indah. Sebaliknya, ada pula keris dengan mutu bahan yang tidak terlalu baik, tetapi sempurna garapannya. Namun keris seperti itu tentu tidak tahan lama, sebab mudah aus dan keropos. Yang terbaik tentu yang baik bahannya maupun keindahan garapnya.

SEPUH
Di antra keris yang baik, yang lebih diutamakan adalah keris yang berumur tua (sepuh).Keris sepuh lebih mengandung nilai historis dan mistik. Nilai sepuh menjadi lebih utama apabila dianggap sebagai benda Pusaka. Keris sepuh yang masih dalam keadaan baik merupakan cermin mutu bahan, kecermatan garap, dan ketelitian dalam pemeliharaannya. Keris sepuh yang baik dan indah lebih mampu memberikan kesan agung serta keramat.

WAJA
Agar mempunyai sifat kaku, keras, dan tajam, keris harus menggunakan waja (baja) sebagai inti bilahnya. Ketiga sifat ini merupakan syarat utama. Saat ini , syarat ketajaman hanya konsekuensi saja, bukan syarat fungsional. Artinya, saat ini keris tidak lagi berfungsi sebagai senjata tikam, sehingga ketajamannya akibat bahan bajanya dan dan bentuk profil keris yang harus tipis di pinggir bilah. Pemakaian baja dalam bilah keris juga mempengaruhi tampilan. Sering kali terdapat keris yang tepi bajanya hanya tampak sebagian, atau tidak tampak sama sekali. Keris yang penampakan tepi bajanya tidak ada/habis sama sekali dikenal dengan nama pamor nerjang landep. Hal itu disebabkan oleh kesalahan pembuatan semula, kerusakan karna kesalahan pemeliharaan atau sifat baja itu sendiri yang memang lebih cepat korosi. 

WANGUN
Wangun di sini berarti ‘keserasian anatomis’ .Pada kenyataannya memang banyak ditemukan keris yang bentuknya janggal (wagu).
Pengertian wagu tidak sama dengan perbedaan bentuk suatu dapur berdasarkan pembuatan, waktu pembuatan, serta daerah asalnya. Jadi tidak mewakili salah satu tangguh tertentu.
Kejanggalan bentuk lebih mengarah kepengertian kesalahan estetis karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman pembuatnya, kesalahan pemugaran atau karena pasikutannya.

TANGGUH
Tangguh adalah konsep penarihan waktu pembuatan keris berdasarkan bahan,bentuk,dan garapan. Akan lebih baik jika keris dapat diketahui tangguhnya dengan jelas. Tangguh yang tidak mungkin ‘bergeser’ itu disebut juga tangguh lempoh.
Dalam menangguh sebuah pusaka, banyak unsur subyektifitas dari penangguhan itu sendiri. Inilah yang menimbulkan kesimpang siuran dalam menafsirkan istilah-istilah baku dari narasumber, maka munculah istilah :
  • Pusaka Tangguh Lempoh,yaitu pusaka yang asal-usulnya diketahui dengan pasti dan sudah tidak menimbulkan perdebatan diantara para Penangguh Pusaka.
  • Pusaka Tilar Tangguh,yaitu pusaka yang asal-usulnya belum diketahui dan masih banyak menimbulkan perdebatan diantara para penangguh pusaka.

(Sumber : Buku KERIS JAWA antara Mistik dan Nalar, oleh Alm.Ir.Haryono Haryoguritno)

Belum ada Komentar untuk "Cara memilih keris yang baik"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel