Cara menangguh Keris Pusaka


TANGGUH PUSAKA



A. ASPEK-ASPEK TANGGUH

Ilmu Tangguh Keris tradisional salah satu hal yang paling sulit dan sering mengundang pertentangan . Karena dalam menangguh sebuah keris banyak unsur subyektifitas dan kesimpangsiuran dalam menafsirkan istilah-istilah Ilmu Tangguh, setiap penangguh mempunyai referensi sendiri-sendiri, baik dari buku maupun dari nara sumber lisan.
Ilmu Tangguh adalah ilmu memperkirakan usia dan asal pembuatan dari jaman kerajaan mana sebuah keris yang sedang ditangguh. Tangguh dapat pula diartikan sebagai perkiraan model garap dan keris yang meniru model garapan dari jaman tertentu. Karena sifatnya memperkirakan maka hasil bisa benar tetapi bisa juga salah.
Dalam menangguh sebuah keris, perlu dicermati : Bentuk dan gaya garap bilah keris baik secara keseluruhan maupun sebagian saja, selain itu juga jenis bahan dan pola pamornya. Yang lebih penting adalah bahan dan sifat serta penggarapan besinya.
Sebilah Keris disebut Tangguh Lempoh jika asal usul keris itu diketahui dengan pasti baik secara tertulis maupun secara tidak tertulis. 
Sedangkan Keris Tilar Tangguh adalah keris yang sulit dicari tangguhnya berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada keris itu.

Ki Anom Mataram dalam Serat Centhini memberi nasehat sebagai berikut :
" ... Poma wekasingsun, lamun ana ingkang nyulayani, atuten kemawon, garejegan tan ana perlune, becik ngalah ing basa sethithik, malah oleh bathi, tur ora kemruwuk ... (ingat pesanku, bila ada yang berselisih ikuti saja lah, berdebat tidak ada gunanya, lebih baik mengalah sedikit, malah akan beruntung dan tidak ramai... )"

R. Tannaya dalam bukunya "Pakem Kecurigan" mengatakan: 
Tangguh dimaksudkan sebagai kira-kira. Penangguh yaitu pengira-ngira pembuatan dijaman apa atau oleh empu siapa. 

Pedoman dalam menangguh keris adalah sebagai berikut :
Pertama, periksalah dengan seksama keadaan "pasikutan" keris yang ditangguh. Setelah itu diteliti keadaan pamor, besi dan baja.
Yang disebut sikutan (pasikutan) adalah cengkok (gaya) garapan serta watak bentuk keris (sikutan puniku lelagoning garapan lawan wanda ulat-ulataning dhuwung). Dengan demikian untuk mencermati pasikutan tidak hanya mata yang melihat tetapi juga rasa dan mata batin disertakan.

Unsur-unsur yang diperlukan dalam menangguh :

1. Pasikutan dapat bersifat : kaku (janggal, canggung), keras, wingit (angker, berkharisma), prigel (tangkas, cekatan), sedang, dhemes (enak dipandang, serasi), wagu (janggal), odhol (kendor, janggal), pantas, kemba (hambar), tanpa semu (watak), garang (sereng), bagus/tampan.

2. Bentuk dan gaya garapan ganja : tempurung terbalik (ambhatok mengkurep), sengoh ambathok mengkurep), sebit lontar (sebit rontal, seperti daun tal disayat), sebilah lontar kepara landhung (sebit lontar agak panjang), sengoh sebit lontar kepara landhung.

3. Sirah cecak : panjang, pendek, condong ke rata (ageng kepara papak).

4. Gandhik : miring panjang, panjang miring, pendek miring, pendek menyolok (cekak methok).

5. Sosok bilah (pawakan) : agak membungkuk, tinggi besar (birawa), lebar tipis, sedang, condong ke panjang (sedheng kepara corok), condong ke panjang, (kepara corok), padat (titih), titih menonjol (titih corok).

6. Tegaknya bilah (dedeg): sepadan, layak (sembada), tinggi lampai (lenjang), gagah (pideksa/tinggi dan besarnya seimbang), enak dipandang (respati), lungit (tajam/tinggi ilmunya/panjang menajam).

7. Sogokan : pendek tidak canggung (cekak luwes), panjang tidak canggung (panjang luwes), agak panjang, sedang (sesuai dengan panjang bilah).

8. Sifat luk-lukan : rapat teratur/kekar nurut, kekar birawa (rapat tinggi dan besar), kurang rapat/kurang kekar, hambar (kemba), besar hambar/longgar (ageng kemba), sedang nurut (sedheng nurut).

9. Dasar besi : hitam legam (gangsing), garing (kering), kering agak kebiruan, agak biru tapi halus, agak pucat (welu sawatawis), padat, matang keras padat agak garang (mateng kengkeng ladak), kurang matang, agak mentah, basah, agak basah, basah kurang barcahaya (teles kirang guwaya).

10. Rabaan pada besi (grayanganing tosan) : licin (lumer), keras, keras tajam, sedang.

11. Baja : banyak, kurang, sedang, sedang kurang matang.

12. Keluarnya pamor : banyak, kurang, tidak direncanakan (ing sewetu-wetune), menyala seperti rambut (mubyar angrambut), mubyar nyalaka (menyala seperti perak), menyala putih, putih menyala, kurang menyala, menyala putih seperti rambut (angrambut), melemak (seperti lemak, anggajih), menyala melemak berlapis-lapis (mubyar anggajih sap-sapan).

13. Menetapnya pamor : tandas (pandhes), tandas halus (pandhes alembat) tandas mengawat (pandhes angawat), tandas mengawat kencang dan keras (mandhes angawat kenceng tur keras), tandas menonjol pantas (mandhes mungal pantes), menonjol mengambang (mungal kumambang), hanya mengambang, agak melemak (anggajih sawatawis).

B. CIRI CIRI TANGGUH

Ciri-ciri beberapa tangguh yang diambil dari beberapa sumber buku keris dan juga banyak melihat keris. Dapat diringkas sebagai berikut : 

1. Tangguh Kadewatan (abad 4 - 5)
Keris dibuat tanpa api.
Empunya : Empu Ramadi dan Empu Onggojali.
Bilah : Tebal, sosok bilah tebal nglimpa, besi halus/licin pamor hanya sedikit.

2.Tangguh Purwocarito (abad 6 - 7)
Bilah umumnya pendek tebal, lebar, besi halus.
Ganja mbathok mengkurep, pendek tapi gemuk.

3. Tangguh Budha (abad 8 - 9), ciri-cirinya :

  • Bilah pendek dan lebar.
  • Umumnya memakai methuk dan pesi berbentuk kotak.
  • Permukaan bilah terasa licin kalau diraba.
  • Umumnya tidak berpamor.
  • Tingkat korosi permukaan bilah Nguntuk Cacing 

4. Tangguh Kahuripan (abad 9-12), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Hambar (kemba).
  • Ganja : Sebit lontar, banyak yang iras.
  • Gandhik : Miring.
  • Blumbangan : Dalam dan lebar.
  • Besi :Gangsing (hitam legam).
  • Pamor : Sanak dan samar-samar adeg.
5. Tangguh Kediri (abad 10-12)

6. Tangguh Jenggala (abad 11)

7. Tangguh Singasari (abad 11), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Sedang.
  • Besi :Hitam abu-abu, Nyabak (seperti batu tulis).
  • Gandhik : Sedang agak miring.
  • Menetapnya pamor pada bilah : Lumer dan pandes.
  • Pamor : Lembut dan suram (kelem).

8. Tangguh Segaluh (abad 12-13), ciri-cirinya :

  • Pasikutan : Kaku hampir sama dengan Tangguh Pajajaran, Majapahit. 
  • Besi : Ngrekes dan berserat, terkesan mentah. 
  • Baja : Keras. 
  • Tegaknya bilah : Tegak sampai sedikit agak condong ke kiri. 
  • Gandhik : Menonjol ke depan.
  • Ganja : Bathok mengkurep sampai rata. 
  • Sosok bilah : Tipis dan kering.
Keris Sigaluh sangat menyolok bagian sor-sorannya yang menyerupai kursi terbalik, bagian depan menonjol, ganja menonjol ke depan.





9. Tangguh Padjajaran (abad 12-14), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Kaku (Janggal, canggung).
  • Ganja : Mbathok mengkureb (Tempurung terbalikj).
  • Sirah cicak : panjang (landhung). 
  • Gandhik : Panjang miring, seperti biji melinjo dibelah.
  • Sosok bilah : Sedang, mbirawa (Tinggi besar)
  • Tegaknya bilah : Sesuai, yang luk jarak luknya kurang rapat.
  • Sogokan : Sedang sesuai dengan bilahnya.
  • Besi terkesan mentah, agak pucat dan kering .
  • Keluarnya pamor : Tidak direncanakan (sawetu-wetune).
  • Menetapnya pamor : Tandas lembut, sementara ada yang berlemak (Nggajih)

10. Tangguh Majapahit (abad 13-14), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Angker/berkharisma (wingit) tetapi tangkas. 
  • Ganja : Sebit rontal, dan ganja wilut.
  • Sirah cecak : Pendek. 
  • Gandhik : Pendek miring. 
  • Sogokan : Pendek serasi.
  • Yang keluar luk : Hambar (kurang rapat).
  • Besi : Rapat. 
  • Sosok bilah : Padat/keras (titih). 
  • Rabaan halus, licin. 
  • Dasar besi : Agak biru karena airnya yang bening. 
  • Keluarnya pamor : Menyala merambut (mubyar angrambut). 
  • Menetapnya pamor : Tandas mengawat



11. Tangguh Blambangan (abad 12-13 sejaman dengan Majapahit), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Enak dipandang (dhemes). 
  • Ganja : Sebit rontal. 
  • Sirah cecak : Pendek. 
  • Gandhik : Pendek miring. 
  • Sogokan : Pendek serasi (cekak luwes).
  • Yang keluar luk : Hambar (kemba).
  • Sosok bilah : Titih (padat). 
  • Besi : Basah. 
  • Basuhan besi : Padat. 
  • Rabaan : Keras, karena airnya yang agak asin. 
  • Pamor : Melemak (anggajih) tetapi tandas. Sementara ada yang menyala merambut.

12. Tangguh Sedayu (sejaman dengan jaman Majapahit), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Agak enak dipandang (dhemes sakedhik) 
  • Ganja : Sebit rontal agak panjang. 
  • Gandhik : Pendek miring. 
  • Sogokan : Pendek serasi. 
  • Yang keluar luk : Rapat nurut (keker nurut). 
  • Sosok bilah : Sedang sampai panjang. 
  • Besi : Kurang bercahaya (kirang guwaya). 
  • Rabaan : Licin (lumer). 
  • Baja : Sedang. 
  • Pamor : Kurang, namun keluarnya menyala putih merambut (mubyar pethak angrambut). 
  • Menetapnya pamor : Mengambang.

13. Tungguh Tuban (abad 12-17 sejaman dengan jaman Majapahit-Mataram), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Sedang. 
  • Ganja : Sengoh ambathok mengkurep. 
  • Sirah cecak : Besar sampai papak (ageng kepara papak). 
  • Gandhik : Pendek menyolok.
  • Sosok bilah : Lebar dan tipis. 
  • Sogokan : Agak panjang.
  • Yang keluar luk : Luk-lukannya besar dan hambar. 
  • Besi : Hitam (langsing), banyak bajanya. 
  • Pamor : Kurang menyala. 
  • Menetapnya pamor : Tandas menyolok.

14. Tangguh Madura (abad 12-14 sejaman dengan jaman Majapahit), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Dhemes (enak dipandang). 
  • Ricikan : Meniru buatan Majapahit, agak panjang. 
  • Besi : Matang, keras, dan galak. 
  • Baja : Sedang. 
  • Pamor : Menonjol, banyak, menyala, melemak (anggajih) berlapis-lapis (nyekrak).
  • Rabaan : Keras tajam. 
  • Sepuhan : Terlalu matang. Kadang-kadang patah jika digunakan.

15. Tangguh Sendhang (sejaman dengan jaman Majapahit), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Wagu (janggal), kurang serasi, kaku. 
  • Besi : Agak basah. Pamor: mengapung.

16. Tangguh Demak (abad 14), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Wingit, angker. 
  • Besi : Basah. 
  • Pamor : Mengapung.
  • Ganja : Rata. 
  • Gulu meled, sirah cecak : Kecil dan menguncup. 
  • Pamor : Bagus. 
  • Besi : Agak kuning kurang bercahaya (guwaya). 
  • Sosok bilah : Agak membungkuk. 
  • Tikel alis : Pendek. 
  • Sogokan : Panjang. 
  • Kembang kacang : Kecil. 
  • Jalen : Kecil. 
  • Lambe gajah : agak besar dan panjang.
17. Tangguh Kuwung dan Tapan, yaitu keris-keris buatan Empu Kuwung dan Empu Tapan yang hidup sejaman dengan jaman keraton Pajajaran. Gaya garapan dan pasikutannya juga mirip dengan Tangguh Pajajaran.

18. Tangguh Sukuh sejaman dengan jaman keraton Majapahit. Gaya garapan dan pasikutannya mirip dengan Tangguh Majapahit.

19. Tangguh Tuban Taruwangsa, Pekajoran sejaman dengan jaman keraton Demak. Gaya dan pasikutannya mirip dengan buatan Demak, Tuban, dan Majapahit.


20. Tangguh Pajang (abad 14), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Kendor (odhol).
  • Ganja : Sengoh sebit rontal condong ke panjang. 
  • Gandhik : Panjang miring. 
  • Sogokan : Panjang. 
  • Yang keluar luk : Luk-lukan rapat gagah (keker birawa). 
  • Besi : Hitam (gangsing). 
  • Baja : Sedang, kurang matang. 
  • Pamor : Tidak direncanakan, namun keluarnya menyala putih (pethak mubyar), keluarnya sekehendaknya.

21.Tangguh Umyang (Empu Supo Pajang Kyai Kedhe) , ciri-cirinya :
  • Ganja : Lancip panjang. 
  • Gandhik : Pendek.
  • Kembang kacang : Sedang. 
  • Tikel alis, pejetan dalam. 
  • Luk : Rapat, mengarah ke kiri (kedhe).
  • Bilah : Tebal.
  • Sosok bilah : Panjang. 
  • Besi : Halus dan kering, halus. 
  • Pamor : Agal/kasar dan beberapa menyala seperti perak. 
  • Buatannya halus dan bersih.
Keris buatan Empu Umyang ini sangat bagus dimiliki pengusaha yang berkecimpung dalam menggandakan uang (kreditor).

22. Tangguh Kudus, ciri-cirinya :
  • Ganja : Rata.   
  • Gulu meled, sirah cecak : Kecil dan pendek lancip.
  • Buntut urang : Rata. 
  • Pamor kurang sempurna, hanya samar-samar. 
  • Kebanyakan keris Kudus kurang panjang, lebih pendek dari keris Surakarta.

23. Tangguh Cirebon sepuh (abad 15-16), ciri-cirinya :
  • Ganja : Kebanyakan iras atau rata. 
  • Gulu meled, sirah cecak : Membulat. 
  • Buntut urang : Lancip. 
  • Besi : Keras tetapi hambar. 
  • Tegaknya bilah : Membungkuk. 
  • Pamor : Jarang yang sempurna, kebanyakan pamor sanak.
Untuk era Cirebon Madya dan ahir, ciri-ciri kerisnya sudah terpengaruh gaya keris Mataram, hanya saja ukuran bilahnya rata-rata panjang ( corok ).
Yang membedakan adalah dari bentuk Warangka dan hulu kerisnya, Gaya Cirebonan punya ciri khas seperti warangka Prau Labuh, Prau Kandas, Prau Layar dan Padma.
Hulu keris atau dalam bahasa cirebon disebut garan, umumnya diukir seperti garan Buta Bajang, garan Wayangan, garan Bebekan, garan Kepongpong, garan Buta Barwang dll.

24. Tangguh Mataram:
a). Tangguh Mataram Senopaten (abad 15), ciri-cirinya :
  •  Pasikutan : Tangkas (parigel), galak tetapi tampan.
  • Besi : Agak kebiruan. 
  • Menetapnya pamor : Tandas, seperti kawat kencang. 
  • Ganja : Sebit rontal. Ganja keris Mataram Senopaten banyak yang wulung, artinya bahan besinya bukan dari bahan bilah.
b). Tangguh Mataram Sultan Agung (abad 16), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Dhemes bagus (tampan, enak dipandang). 
  • Besi : Agak mentah. 
  • Pamor : Mubyar putih menyala (sangat kaya pamornya)
  • Baja : Kurang.
c). Tangguh Mataram Amangkurat (abad 17), ciri-cirinya :
  • Secara umum sama dengan tangguh Mataram sebelumnya.
  • Pamornya tidak terang (seperti pamor luwu)
Tangguh sesudah jaman Kartasura, jadi Tangguh Surakarta dan Ngayogyakarta, banyak yang menyebut Tangguh nem-neman (muda). Disebutkan dalam sejarah di masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono I dan II banyak dibuat keris-keris yang bermutu tinggi, antara lain juga dibuat duplikat keris Kanjeng Kyai Ageng Mahesa Nular dan tombak Kanjeng Kyai Ageng Plered. Tidak disebutkan nama empu pembuatnya.

25. Tangguh Surakarta
Semasa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono IV hingga IX, banyak dibuat keris, tombak dan pedang yang bermutu tinggi. Di antara empu keris yang terkenal adalah Empu Supo Brojoguno, Empu Supojogokariyo, Empu Supobrojokariyo, Empu Supobrojojoyo dan Empu Suposingowijoyo. Keris-keris buatannya umumnya panjang dan tebal. Pamornya : pamor Prambanan. Indah garapannya dengan sentuhan seni yang tinggi mutunya.

26. Tangguh Ngayogyokarto Hadiningrat.
Menurut penilaian GBPH Yudoningrat, masing-rnasing jaman pemerintahan raja, keris buatanya (yasan) mempunyai ciri tersendiri.

Yasan Sri Sultan HB I bersifat weweg (tegap)sembodo, bilah birawa (besar)
Yasan Sri Sultan HB V (Riyokusuman) relatif lebih pendek , mirip karya jaman Majapahit
Yasan Sri Sultan HB VI dan VII, bilah relatif besar dan tebal.
Yasan Sri Sultan HB VIII, besar tetapi kurang panjang (ageng kirang dedeg)
Yasan Sri Sultan HB IX, pasikutan wingit, sederhana.
Yang dimaksudkan yasan adalah karya empu kolektif abdi dalem raja.

Yang jelas, Tangguh Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan campuran Tangguh Majapahit dan Mataram. Sosok bilah sedang, tidak terlalu panjang tetapi juga tidak terlalu pendek. Bilahnya tidak ngadhal meteng (besar ditengah) atau kempot (kecil ditengah). Pasikutannya wingit.
27. Tangguh Sastrotoya (Setrotoya), Sastrolatu (Setrolatu), Supokoripan sejaman dengan jaman keraton Mataram. Gaya dan pasikutannya mirip dengan buatan mataram. Keris-keris buatannya bertuah untuk menolak banjir (toya) dan api (latu). Kebanyakan berpamor adeg sapu, meski tidak selalu. Keris-keris karya empu ini biasanya untuk menolak (memadamkan) api atau mencegah bahaya air/hujan badai.

28.Tangguh Bugis, ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Kaku, galak. 
  • Besi : Agak mentah, berat jika ditanting. 
  • Rabaan : Sangat kasar, tapi ada beberapa yang halus. 
  • Pamor : Agal (kasar) dan melemak, ada yang beberapa mubyar nyalaka. 
  • Sepuhan besi : Sangat matang. 
  • Tanda khas : Pesi relatif lebih pendek dari pada keris sejenisnya dari Jawa. 
  • Tegaknya bilah sedikit membungkuk.

29.Tangguh Lombok dan Kupang, ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Kaku/galak. 
  • Besi : Berat, jika ditanting terasa lebih berat. 
  • Rabaan : Nggrasak, wasuhan kurang matang. 
  • Pamor : Putih, berserat-serat. 
  • Kembang kacang : Sering dilengkapi dengan jenggot. 
  • Begitu juga bilahnya terkadang diberi hiasan pudhak setegal.

30. Tangguh Empu Ni Sombro (termasuk Tangguh Tuban).
Yang banyak di masyarakat keris Sombro ini tidak memiliki ricikan apa-apa.Ciri-cirinya :
  • Besi : Halus, licin, kering. 
  • Bilah : Lebar dan tipis. 
  • Pesi : Pipih dan dipilin (diuntir) ujungnya berlubang seperti lubang jarum. 
  • Pada permukaan bilahnya terdapat pijitan bekas ibu jari, berlekuk-lekuk, jumlahnya bisa 3-5, konon keris Sombro dibuat tanpa api. 
  • Ganja : Iras, kecil. 
  • Sirah cecak : Bulat.
  • Buntut urang : Rata. 
  • Pamor : Jika ada sangat halus. 
  • Tegaknya bilah : Kurang serasi.
Keris Sombro banyak digunakan untuk meredam keris 'panas ukurannya kecil saja, disebut juga keris Tindhih.

31. Tangguh Guling Mataram (Guling adalah nama Empu jaman Mataram), ciri-cirinya :
  • Pasikutan : Wingit. 
  • Ganja : Lancip, sebit rontal. 
  • Luk-lukan : Rapat nurut. 
  • Kembang kacang : Membulat. 
  • Pejetan, tikel alis : Lebar dan dalam, serasi. 
  • Pamor : Halus, mubyar menyala seperti perak. 
  • Ada-ada : Ditengah seperti punggung sapi. 
  • Pesi : Seperti diuntir (dipilin). 
  • Yang banyak beredar : Luk 11 dan 13.

32. Tangguh Bagelen, ciri-cirinya :
  • Ganja : Mbathok mengkurep. 
  • Gandhik : Lebar tapi pendek. 
  • Bilah : Besar dan nglimpa. 
  • Pamor : Mubyar nyalaka.
Sepintas keris Begelen meniru Tangguh Mataram.

33.Tangguh Ngenta-enta ciri-cirinya :
  • Buntut urang : Lancip. 
  • Pasikutan : Kaku. 
  • Ganja: Rata atau sebit rontal. 
  • Basuhan besi dan pamor : Kurang. 
  • Sosok bilah : Sedang, umumnya pendek.
Keris Ngenta-enta umumnya cukup bagus tapi kurang greget.


C. TANGGUH YASAN MATARAM, PB DAN HB.

1.Tangguh Yasan Ingkang Sinuwun kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusumo Mataram :
  • Ganja: Sebit rontal. 
  • Gandhik : Sedang. 
  • Kembang kacang : Besar. 
  • Tikel alis, pejetan, sogokan : Lebar, dalam, landhung. 
  • Besi : Halus, lumer, mbludru, hitam mengkilat. 
  • Sosok bilah : Panjang. 
  • Besi : Kering, sedang. 
  • Pamor : Menyala seperti perak. 
  • Luk-lukan : Kurang rapat, kurang kekar.

2. Yasan Kyai Nom Mataram :
  • Ganja : Sebit rontal agak gilig. 
  • Gandhik : Sedang agak panjang.
  • Kembang kacang : Gobok. 
  • Tikel alis : Pejetan. 
  • Sogokan : Dalam, panjang, lebar sedang. 
  • Bilah : Agak tebal. 
  • Sosok bilah : Sedang. 
  • Besi : Halus, nglumer, sedang kering. 
  • Pamor : Halus. Pasak (pantek). 
  • Ganja dari emas.

3. Yasan Panembahan Senopati Ing Ngalaga Mataram :
  • Ganja : Pendek lagi gemuk sebit rontal. 
  • Gandhik : Besar, pendek dan gemuk (sebok). 
  • Kembang kacang : Besar, lebar. 
  • Tikel alis, pejetan, sogokan : Lebar, dalam, panjang. 
  • Bilah : Tebal. 
  • Sosok Bilah : Sedang. 
  • Luk : Agak rapat (kekar). 
  • Besi : Halus berserat halus (nglugut).

4.Yasan Ingkang Sinuhun Amangkurat Kartasura :
  • Ganja : Nguceng mati sampai mbathok mengkurep. 
  • Panjang bilah : Sedang. 
  • Gandhik : Pendek dan gemuk. 
  • Tikel alis, pejetan, sogokan : Lebar, sedang, panjangnya. 
  • Luk-lukan : Serasi. 
  • Pamor : Seperti kawat (ngawat), menyala seperti perak.

5. Yasan Ingkang Sinuhun Susuhunan Paku Buwono (Sinuwun Bagus) IV :
  • Empu : Brojoguno. 
  • Ganja : Pendek dan gemuk, sebit rontal, lebar dan sedikit tebal. 
  • Gandhik : Agak panjang besar, pendek dan gemuk. 
  • Tikel alis, pejetan, sogokan : Lebar, dalam dan panjang. 
  • Bilah : Tebal agak gilik (bulat torak), anglimpa kurang dedeg 
  • Besi : Halus anglugut (serat halus). 
  • Pamor : Prambanan. 
  • Bilah karya Brojoguno terkenal keras, bisa untuk menembus keping uang logam.

6. Yasan Ingkang Sinuwun Sunan PB V :
  • Empu : Brojokaryo. 
  • Ganja : Sabit rontal. 
  • Sirah cecak : Lancip, tebal, lebar panjang. 
  • Gandhik : Pendek dan gemuk (sebok). 
  • Tikel alis, pejetan, sogokan : Lebar, dalam dan panjang, bersih halus sekali. 
  • Bilah : Tebal, panjang. 
  • Besi : Halus, serat halus (anglugut), kering sekali. 
  • Pamor : Prambanan, halus lembut.

7. Yasan Ingkang Sinuwun Sunan PB VII :
  • Empu : Supo Japan. 
  • Ganja : Sebit rontal agak panjang. 
  • Gandhik : Agak torak bulat (gilik) panjang dan besar. 
  • Tikel alis, pejetan, sogokan : Dalam, lebar dan panjang. 
  • Tegaknya bilah : Panjang. 
  • Besi : Halus, lumer, kurang kering. 
  • Pamor : Seperti kawat (angawat), pamor Prambanan.

8. Yasan BPH Mangkubumi (calon Sultan HB I, waktu di Surakarta) :
  • Empu : Supobrojosentiko. 
  • Ganja : Besar sebok, sebit rontal. 
  • Gandhik : Besar, sebok. 
  • Tikel alis : Pejetan, sogokan : lebar, dalam dan panjang. 
  • Sogokan ciyut (sempit) di dalam. 
  • Bawang sebungkul : Bulat seperti bawang. 
  • Bilah : Tebal. 
  • Besi halus, lumer seperti beludru. 
  • Menetapnya pamor : Agak miring. 
  • Semua memakai pamor Prambanan.

9. Yasan ingkang Sinuhun Sunan PB IX :
  • Empu : Supo Singowijoyo, kemudian menurun, Supojoyowikatgo. Buatannya sama dengan karya ayahnya. 
  • Ganja : Sebit rontal, sebok (pendek dan gemuk). 
  • Tikel alis sogokan dan pejetan : Sempit dan dalam, panjang sedang. 
  • Bilah : Tebal, panjangnya sedang. 
  • Luk-lukan : Bagus tapi kurang kekar (rapat). 
  • Besi : Halus, nglumer. 
  • Pamor : Tandas, halus, semua pamor Prambanan. 
  • Banyak karyanya dengan gandhik bergambar naga, ular, macan dan hewan lain-lain.

10. Yasan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HB IV :
  • Empu : Brojowedonolo. 
  • Ganja : Mbathok mengkurep, tebal dan lebar sebok agak pendek. 
  • Gandhik : Besar sebok. 
  • Tikel alis, pejetan dan sogokan : Dalam, lebar dan panjang (wiyar jero landhung). 
  • Bilah agak tebal dan besar. 
  • Panjang bilah : Sedang. 
  • Luk-lukan : Kekar. 
  • Besi halus anglugut (berserat halus), kering. 
  • Pamor : Tandas, semua pamor Prambanan.

11. Yasan Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan HB V :
  • Empu : Brojosingo, rekannya Empu Brojomandholo. 
  • Ganja : Sebit rontal, besar agak panjang. 
  • Gandhik : Besar, sebok agak panjang. 
  • Tikel alis pejetan : Lebar dalam dan panjang. 
  • Sogokan : Sempit agak panjang, bersih sekali garapannya. 
  • Bilah : Tebal dan agak gilig. 
  • Luk-lukan : Kekar, panjang sedang. 
  • Besi : Halus nglumer seperti beludru kering. 
  • Pamor : Tandas, ngawat, menyala. Semua pamor Prambanan. 
  • Ciri karya empu ini : Bawang sebungkul ditatah kemamang (muka raksasa). Gandhik diserasah panji wilis

12. Yasan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HB V :
  • Empu : Brojomandholo. 
  • Ganja :Mbathok mengkurep, tebal, lebar, sebok agak pendek. 
  • Gandhik : Besar agak, sebok. 
  • Tikel alis, pejetan : Lebar, dalam dan panjang. 
  • Sogokan : Dalam, sempit agak panjang. 
  • Bilah : Tebal, panjang sedang. 
  • Luk-lukan. : Agak kekar. 
  • Besi : Halus anglugut, kering sekali. Semua pamor Prambanan.

13. Yasan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HB VI :
  • Empu : Brojomandholo rekannya Empu Brojolesono. 
  • Ganja : Sebit rontal sebok agak pendek. 
  • Gandhik : Sebok besar. 
  • Tikel alis dan pejetan : Jero landhung wiyar (dalam, panjang dan lebar). 
  • Bilah : Anglimpa besar (anglimpa ageng), panjang sedang. 
  • Luk-lukan : Agak kekar. 
  • Besi halus seperti beludru. 
  • Pamor : Tandas dan agak kasar (agal mandhes) semua pamor Prambanan.

14. Yasan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HB VII :
  • Empu : Kyai Joyomenggolo dari Bayat. 
  • Ganja : Besar agak panjang, tebal. 
  • Gandhik : Agak panjang gilig, sebok. 
  • Tikel alis, pejetan : Dalam, lebar dan panjang. 
  • Luk-lukan : Kekar. 
  • Bilah : Tebal, panjang. 
  • Bilah sedang-sedang saja. 
  • Pamor : Kurang tandas.

Keterangan :
Yasan dimaksudkan yang memerintahkan membuat. Yasa = membuat. Tangguh tersebut berdasarkan penglihatan penulis Surakarta yang mungkin hanya melihat beberapa karya empu-empu terkenaI di istana.
Sudah menjadi rahasia umum karya-karya keraton itu banyak ditiru oleh empu-empu di luar kraton. Atau empu-empu kraton itu selain bekerja untuk Raja, di rumahnya juga membuat keris sendiri.

Belum ada Komentar untuk "Cara menangguh Keris Pusaka"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel